Jumat, 09 Desember 2011

Cerita Rakyat Nusantara

      Majalengka Alkisah zaman dahulu ada suatu negeri aman dan makmur, murah sandang murah pangan, terkenal dengan nama Negeri Panyidagan. Ratu yang memerintah negeri ini sangat cantik bernama Ratu Ayu Panyidagan, ada juga yang.menyebut Ratu Ayu Rambut Kasih, dan ada juga yang menyebut Nyi Rambut Kasih saja.

    Kecantikan Ratu Ayu Panyidagan ini tak ada bandingannya sehingga kalau dilukiskan dengan kata-kata oleh penyair ialah, badannya ramping sebagai pohon pinang, rambutnya sebagai mayang terurai, mukanya berseri sebagai bulan empat belas hari, alisnya sebagai bentuk taji, hidungnya mancung sebagai bunga melur, matanya sebagai bintang timur, telinganya sebagai kerang, bibirnya sebagai delima merekah, giginya sebagai dua barisan mutiara, dagunya sebagai lebah bergantung, jarinya sebagai duri Iandak, pepat kukunya sebagai bulan tiga hari, pahanya sebagai paha belalang, betisnya sebagai perut padi, tumitnya sebagai telur burung.

     Menurut cerita dari mulut ke mulut bahwa ratu mendapat pujian Ratu Rambut Kasih ialah karena semua orang (rakyat negeri ini) tidak berani menatap wajah ratu yang cantik dan berwibawa itu, mereka hanya berani menatap bila ratu telah pergi membelakangi mereka. Mereka hanya dapat melihat badannya yang ramping dan rambutnya yang hitam bergelombang menutupi badannya. Rambut ratu yang indah itu menimbulkan rasa kasih setiap orang yang melihatnya sehingga semua orang memuji kecantikannya yang sesuai dengan tingkah lakunya yang ramah tamah dan baik budi bahasanya. Oleh sebab itu mereka memberi julukan Ratu Ayu Rambut Kasih. Selain itu, beliau mempunyai ilmu lahir dan ilmu batin, lagi pula beliau dapat meramalkan kejadian yang akan dialaminya.

      Dalam pemerintahan Ratu Ayu Panyidagan yang adil dan bijaksana itu kesejahteraan rakyat terjamin, baik petani maupun pedagang merasa aman dan tentram menggarap pekerjaannya karena tak pernah ada pencuri dan perampok yang mengganggu kekayaannya. Pemerintahan Ratu Ayu Panyidagan dibantu oleh para patih yang terkenal dalam bidang kesejahteraan dan keamanan negara ialah Ki Gedeng Cigobang, Ki Gedeng Mardapa, dan Ki Gedeng Kulur.

     Pada suatu hari Ratu Ayu Panyidagan, mengadakan pertemuan di pendopo, yang dihadiri oleh para manteri dan para penggawa negara, bahkan rakyat pun boleh mendengarkan asal tidak mengganggu suasana perundingan itu.

     Setolah semua undangan hadir, barulah Ratu Ayu Panyidagan ke luar dari Kaputren menuju ruang pendopo kemudian duduk di hadapan para menteri dan penggawa negara. Semua yang hadir tak ada yang berbicara, semuanya diam, semuanya menundukkan kepala tanda hormat dan takut menghadapi Ratu Ayu Panyidagan yang berwibawa itu.

      Setelah suasana di pendopo itu tertib, kemudian sang ratu bersabda, "Para menteri dan para penggawa Negara Panyidagan yang hadir, sekarang sudah waktunya dan atas kehendak Sang Hiang, negara kita akan mendapat cobaan. Menurut wangsit yang kami terima, kelak kerajaan ini akan berubah. Oleh sebab itu, hadirin harus waspada dan siap siaga menghadapi malapetaka yang akan datang. Bila ada huru-hara di luar kerajaan, kalian harus cepat memusnahkannya jangan sampai musuh dapat masuk mengganggu ketertiban negara. Lindungilah rakyat dari segala bencana yang mengancam negeri kita. Tentramkan hati rakyat supaya mereka tentram mengerjakan tugas masing-masing dengan baik, para

     petani tentram bertani supaya hasilnya akan lebih baik, dan para pedagang tentram berdagang jangan sampai dikejar-kejar oleh utang dan diganggu oleh pencuri atau perampok. Tapi kalau ada utusan dari negara lain yang akan bersahabat dan untuk kesejahteraan kita semua terimalah dengan baik dan ramah tamah. Mengerti ?"

"Yakseni, yakseni …," hadirin serempak menjawab.

     Sang ratu bersabda lagi, "Sebentar lagi kami akan menerima tamu. Menurut ramalanku, orang yang datang tegap dan cakap, tetapi orang itu akan menimbulkan bencana bagi diri kami, hanya belum tahu bencana apa yang akan terjadi. Akan tetapi, semua rakyat Panyidagan tidak akan mendapat bencana itu, hanya akan berubah keyakinan dan kepercayaan, sesudah kerajaan ini lepas dari tangan kami. Nah sekian nasihat kami. Sekarang kalian boleh pergi meninggalkan pertemuan ini dan silakan melanjutkan lagi pekerjaan masing-masing dengan aman dan tentram."

      Terhadap semua nasihat ratu tak ada yang berani menentang-nya sebab mereka yakin bahwa semua ucapan ratu pasti terjadi. Demikian juga, Ki Gedeng Cigobang, Ki Dedeng Mardapa, dan Ki Gedeng Kulur menerima tugas menjaga negara. Setelah siap dan mengumpulkan segala perkakas,’kemudian mereka pergi ke sebe-lah utara, akan menjaga perbatasan negara. Di sana ketiga senapati itu terus membuat pondok penjaga. Dari tempat ini mereka dapat melihat keseluruh penjuru dengan jelas. Baiksiang maupun malam mereka dapat melihat siapa yang lewat melalui jalan masuk ke Negeri Panyidagan. Setiap orang yang akan masuk ke negeri ini, harus menyeberangi sungai dulu karena hanya tempat itulah satu-satunya jalan masuk ke Negeri Panyidagan. Tempat penjagaan Ki Gedeng Cigobang itu, sekarang terkenal dengan nama Pajagan (berasal dari kata penjagaan).

    Pada suatu waktu ketka Ki Gedeng Cigobang, Ki Gedeng Mardapa, dan Ki Gedeng Kulur sedang asyik berbincang-bincang, tidak diketahui dari mana datangnya, tahu-tahu kelihatan seorang pe-muda sedang menyeberangi sungai, akan masuk ke Negeri Panyidagan. Alangkah terkejut melihat kejadian itu. Mereka sudah meramalkan akan terjadi apa-apa kalau pemuda itu tidak tertangkap.

    Ketiga senapati itu mejnanggil orang yang sedang menyeberangi sungai, "Hai … orang yang sedang menyeberang, siapa namamu dan mengapa kamu berani menyeberangi, tanpa ijin kami ?"

     Yang sedang menyeberang itu tidak menghiraukan teriakan ketiga senapati itu, ia terus menyeberang sampai ketepi sungai itu, dan pergi menjauhi ketiga senapati itu. Ketiga senapati sangat marah melihat kelakuan pemuda itu, kemudian mereka lari mengejar orang itu dengan maksud akan mengeroyok karena orang itu sudah berani memasuki daerah penjagaan tanpa ijin mereka.

      Orang yang menyeberangi sungai itu ialah utusan dari negeri Sinuhun Jati Cirebon, dengan maksud akan minta pertolongan Ratu Ayu Panyidagan. la akan minta buah maja yang ditanam oleh Ratu Ayu Panyidagan Untuk mengobati rakyat Sinuhun Jati Cirebon karena pada waktu itu di daerah Cirebon sedang berjangkit wabah penyakit yang harus diobati oleh godogan buah maja yang banyak terdapat di daerah Panyidagan. Utusan itu bernama Pangeran Muhamad. Dia selain mendapat tugas mencari buah maja, juga mendapat tugas mengislamkan orang-orang yang masih menyem-bah berhala.

        Kita kembali menceriterakan Pangeran Muhamad yang sedang dikejaroleh ketiga senapati itu. la lari tunggang-langgang menuju ke arah barat. Ketiga senapati itu berusaha menangkapnya dan akan menyerahkan kepada ratunya. Tetapi senapati itu kalah cepat, buronannya makin jauh. Akhirnya mereka menggunakan siasat baru dengan-jalan mengepung Pangeran Muhamad dari beberapa penjuru. Kemudian seorang mengepung dari sebelah utara, yang seorang lagi dari sebelah barat, dan yang seorang lagi dari sebelah selatan. Akhirnya Pangeran Muhamad terkepung juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar